Ruggath
SUMARY
Sendawar is the capital city of West Kutai Regency, in the Indonesian province of East Kalimantan. The regency covers the area of 33,052 km² and population of 136,161 people. It's subdivided into 21 subdistricts. Read more at:
- http://my-sendawar.blogspot.com/2010/12/sejarah-kabupaten-kutai-barat.html
- http://my-sendawar.blogspot.com/2010/12/kecamatan-kecamatan-di-kabupaten-kutai.html
- http://my-sendawar.blogspot.com/2010/12/west-kutai-map-subdistrict-based.html
Asal Usul Nama Sendawar
Kang Kosim dalam blognya Beranda Kecilku http://blogeqosim.blogspot.com/ telah menuliskan artikel berikut.Sebuah draft "Sejarah Adat Dayak Sentawar" yang disusun oleh Antonius Ngalah, Yohanes Rustam, dan Theresia Ronah Kopin Putri, menuliskan, "Sen" (seniang, red.) berasal dari kata sencelaman nama dari Sang Pencipta yang juga disebut Nayuq. "Tawar" merupakan nama sebuah buah merah dan besar, mirip buah pinang berasa tawar. Buah tersebut kemudian disebut buah pinang sentawar.
Para seniang yang adalah pencipta alam semesta terdiri dari atas perajadiq bantikng langit, seniang pengitah, seniang pengotur, lahtalla, mootn ulutn, bersama 40 malaikat yang disebut nayuq seniang. Manusia purba yang menghuni bumi disebut sengkareaq, belum mempunyai adat istiadat dan tata krama yang sempurna. Para seniang berkata tidak baik manusia hidup di bumi tanpa aturan adat. Akhirnya mereka menurunkan Mantiiq Mentu Tatau Tagaas, sebutan bagi bangsawan, untuk membawa adat sukat untuk mengatur kehidupan di bumi. Maka dipanggillah ke 40 malaikat, dan diutuslah dua orang dari mereka untuk tugas ini.
Pertama, mereka mengutus seorang yang jelita bernama Mook Manaar Bulatn di daerah Lonokng. Di daerah itu, hidup seorang manusia purba bernama Beratn Kakah Muduh, seorang pemburu dengan sepasang anjing galak. Wewangian yang menebarkan harum semerbak dari sang putri membuat anjing-anjing tadi berusaha mengejar. Sang putri berlari dan bersembunyi di dalam bambu petung yang disebut betui, setelah ia mencungkilnya dengan sebilah lading. Melihat anjing-anjingnya menggonggong sepotong betui, maka dipungut dan dipanggullah betui tadi ke rumah oleh sang pemburu tadi dan disimpan di dapur.
Esok harinya, sang pemburu tadi kembali berburu. Tepat tengah hari, betui itu meletup dan keluarlah Dayakng Mook Manaar Bulatn. Karena merasa iba dengan keadaan rumah sang pemburu kemudian dia memasak nasi dan lauk pauk. Saat sang pemburu pulang, hatinya gembira mendapatkan seorang anak putri yang cantik jelita. Begitulah, akhirnya Dayakng Mook Manaar Bulatn menjadi anak dari Beratn Kakah.
Kedua, para Seniang menurunkan juga seorang yang bernama Aji Tulur Jejangkat di daerah Engkalakng. Ia diutus membawa sebuah Pelangkaq yang dinamakan Langkar Gadikng, Langkar Bulau dengan 40 Selupiq Adat -sebutan untuk lampiran adat- beserta seekor ayam Jago putih. Ia hidup bersama 8 sengkareaq.
Kemudian, setelah mendengar bahwa di daerah Londokng ada seorang putri yang diasuh oleh Beratn Kakah. Kedelapan sengkareaq bermaksud meminang sang putri untuk Aji Tulur Jejangkat. Pinangan ini diterima oleh Beratn Kakah.
Beratn Kakah Muduh mempersiapkan keperluan perkawinan: benda-benda pusaka dan seekor ayam betina. Berangkatlah ia bersama Mook Manaar Bulatn naik perahu ke arah hulu. Sedangkan delapan sengkareaq bersama Aji Tulur Jejangkat berangkat menaiki perahu ke arah hilir.
Mereka berpapasan di daerah Sentawar. Saat kedua perahu saling sejajar serta merta ayam betina Beratn Kakah bersuara membuat ayam jago di perahu 8 sengkareaq terbang menghampiri betina di perahu sang putri. Akhirnya, Aji Tulur Jejangkat nikah dengan Dayakng Mook Manaar Bulatn dengan upacara adat dan peminangan. Mereka hidup di Sentawar dan membangun Lamin yang diberi nama Rarak Kutaq Kutaaq Aji. Rarakutaq adalah istana dan Kutaaq Aji adalah tempat bangsawan. Mereka mempunyai lima putra yaitu Sualas Gunaaq, Jelibaan, Benaaq, Naras Gunaaq, Puncan Karenaaq, dan Tantat Gunaaq.
Buah merah yang disebut Sentawar berasal dari pengujian kesaktian kedua mempelai yang akan menikah, sewaktu duduk bersama di lembah Raraq Kutaq.
Catatan: kata yang berakhiran huruf "q" dibaca seperti huruf hamzah mati dalam bhs. Arab, jadi kata kutaq dibaca kuta' dst, sedang yang berakhiran "k" dibaca seperti "g", mok dibaca mok bukan mo' seperti ejaan Jawa.
Sumber: majalah sakubar no. 1/I Edisi Nopember 2004